Kisah Nabi Ishaq AS: Putra Nabi Ibrahim dan Mukjizat di Usia Senja
Almansors – Dalam sejarah para nabi, kisah Nabi Ishaq AS menjadi salah satu bukti nyata tentang kekuasaan Allah SWT dalam mengabulkan doa hambanya. Ia adalah putra kandung Nabi Ibrahim AS dari istrinya yang bernama Sarah. Nama Ishaq sendiri memiliki arti “tertawa” atau “tersenyum”, merujuk pada reaksi bahagia sang ibu saat mendengar kabar kehamilannya di usia senja.
Nabi Ishaq lahir sebagai jawaban atas doa panjang Nabi Ibrahim dan Sarah yang telah lama mendambakan keturunan. Usia keduanya saat itu sudah sangat tua. Namun, Allah menurunkan kabar gembira melalui para malaikat bahwa mereka akan dikaruniai anak laki-laki yang kelak menjadi penerus risalah kenabian.
Dibesarkan dalam Nilai Tauhid dan Ketaatan
Sejak kecil, Ishaq tumbuh dalam lingkungan yang sarat nilai-nilai ketauhidan. Ayahnya, Nabi Ibrahim AS, dikenal sebagai salah satu nabi ulul azmi yang gigih menyebarkan ajaran tauhid dan menentang penyembahan berhala. Ishaq dididik dengan disiplin spiritual dan moralitas tinggi agar kelak mampu memikul amanah besar sebagai nabi.
Didikan yang kuat membuat Nabi Ishaq tumbuh sebagai pribadi saleh, penyabar, dan bijaksana. Ia menyerap keteladanan sang ayah dalam memperjuangkan kebenaran serta memuliakan akhlak di tengah masyarakat.
Menikah dengan Ribka dan Dikaruniai Anak Kembar
Ketika beranjak dewasa, Nabi Ishaq menikah dengan Ribka (atau Rafqah), perempuan dari keluarga terpandang yang masih memiliki ikatan dengan keluarga Ibrahim. Pernikahan ini diberkahi keturunan kembar, yaitu Esau (Ishu) dan Ya’qub (Jacob).
Baca Juga : Misteri Rumah Sakit Changi, Singapura, dan Jejak Tentara Tak Bernyawa
Menurut berbagai riwayat, Nabi Ishaq baru mendapatkan anak setelah usianya lebih dari 40 tahun, bahkan disebut-sebut sudah lanjut usia. Ini pula yang kemudian menjadi mukjizat Nabi Ishaq AS, sebagaimana juga dialami oleh ayahnya—mendapat keturunan saat usia tua.
Mukjizat: Dikaruniai Anak di Usia Senja
Salah satu mukjizat utama yang tercatat dalam perjalanan Nabi Ishaq adalah bahwa ia memiliki keturunan di usia lanjut, sebuah hal yang secara medis sangat tidak mungkin. Namun, atas izin Allah, keajaiban itu nyata.
Mukjizat ini tidak hanya menunjukkan kekuasaan Tuhan, tetapi juga memperkuat iman umat bahwa tak ada batas bagi kehendak Ilahi. Kisah ini sering dijadikan rujukan bahwa harapan dan doa tidak mengenal waktu, selama disandarkan penuh kepada keikhlasan dan keyakinan kepada Allah SWT.
Peran Nabi Ishaq dalam Menyebarkan Risalah
Setelah wafatnya Nabi Ibrahim, estafet kenabian diteruskan oleh Nabi Ishaq. Ia diutus kepada kaum yang masih merupakan bagian dari keturunan dan komunitas Nabi Ibrahim. Misinya tetap sama, yakni mengajak umat menyembah Allah yang Esa dan meninggalkan berhala.
Dalam berdakwah, Nabi Ishaq dikenal lembut, tidak suka konfrontasi, dan lebih sering menggunakan pendekatan persuasif serta penuh hikmah. Ia juga dikenal sebagai sosok yang gemar menasihati keluarganya dan mengajarkan adab serta akhlak mulia.
Wasiat untuk Nabi Ya’qub dan Warisan Kenabian
Salah satu warisan penting dari Nabi Ishaq adalah pendidikan dan nilai yang ditanamkan kepada anaknya, Nabi Ya’qub AS, yang kelak juga menjadi nabi. Ia selalu mengingatkan agar anak keturunannya tetap memegang teguh ajaran tauhid.
Wasiat yang paling dikenal adalah perintah agar tetap setia kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun. Tradisi kenabian dan spiritualitas yang diwariskan inilah yang kemudian diteruskan hingga keturunan Nabi Ya’qub yang dikenal sebagai Bani Israil.
Akhir Kehidupan yang Penuh Berkah
Nabi Ishaq AS menjalani hidup panjang dan wafat dalam keadaan tetap taat kepada Allah. Ia dikuburkan berdampingan dengan keluarganya, dan namanya tetap disebut dalam kitab-kitab suci, termasuk Al-Qur’an, Taurat, dan Injil, sebagai salah satu nabi penting dari garis keturunan Ibrahim.
Kehidupan Nabi Ishaq menjadi bukti nyata bahwa kesabaran, doa, dan keimanan dapat menghadirkan keajaiban. Kisahnya juga mengajarkan pentingnya membangun keluarga yang dilandasi iman serta menjaga warisan spiritual kepada generasi berikutnya.