5 Tokoh Muslim yang Pernah Mengguncang Peradaban Barat
Almansors – Sejarah mencatat bahwa beberapa pemimpin Muslim pernah mengguncang peradaban Barat, terutama kawasan Eropa. Kini, fenomena serupa tampak kembali terjadi bersamaan dengan mencuatnya tokoh Muslim modern seperti Zohran Kwame Mandani, politikus muda Amerika keturunan India–Uganda berusia 33 tahun. Selain memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk calon Wali Kota New York dengan perolehan suara 43,5 persen, Mandani juga berpotensi menjadi wali kota Muslim pertama keturunan Asia Selatan di kota tersebut. Namun, ia bukan satu-satunya sosok yang berhasil menembus panggung politik Barat. Tokoh lain seperti Sadiq Khan, Ilhan Omar, hingga Rashida Tlaib turut menunjukkan bagaimana perubahan besar dalam dinamika kekuasaan global sedang berlangsung.
Sulaiman Al-Qanuni, sultan ke-10 Kesultanan Ottoman, lahir pada 6 November 1494 di Trabzon, wilayah pesisir Laut Hitam. Selain memimpin selama 1520–1566, ia berhasil membawa Daulah Turki Utsmani menuju masa kejayaan tertingginya. Selama pemerintahannya, ekspansi besar-besaran dilakukan hingga ke Eropa, Persia, dan pesisir Arab. Bahkan, ia pernah menyelamatkan Raja Prancis I dari hukuman gantung. Selain dikenal sebagai penakluk, Sulaiman digelari “lawgiver” karena keberhasilannya menetapkan standar hukum yang disegani dunia Barat. Dengan kepemimpinan visioner dan identitas keislamannya yang kuat, ia menjadi figur penting dalam membentuk struktur hukum dan politik lintas peradaban.
Baca Juga : Konspirasi Piramida Nusantara Gunung Padang: Peninggalan Atlantis atau Teknologi Kuno yang Disembunyikan
Abdurrahman Al-Nashir, khalifah Bani Umayyah di Andalusia, memulai kepemimpinan dari wilayah kecil Cordova pada usia 21 tahun. Sejak kecil diasuh dalam disiplin ilmu Al-Qur’an, syair, sejarah, hingga strategi militer. Setelah berkuasa, ia melakukan reformasi besar dengan memilih pejabat berdasar kompetensi, serta memuliakan para ulama sebagai penuntun kebijakan. Di bawah kepemimpinannya, Cordova berubah menjadi pusat peradaban Eropa. Kota ini menjadi rumah bagi ilmuwan Muslim, Yahudi, dan Kristen yang bertukar gagasan. Bahkan, Eropa Latin datang untuk belajar filsafat, kedokteran, hingga astronomi. Dengan demikian, Abdurrahman membuktikan bahwa kepemimpinan Muslim tidak hanya soal agama, tetapi juga peradaban dan ilmu pengetahuan.
Sultan Muhammad II Al-Fatih menjadi tokoh monumental setelah menaklukkan Konstantinopel pada 1453. Penaklukan itu telah direncanakan lama oleh pendahulunya, namun hanya Al-Fatih yang berhasil mewujudkannya. Selain sebagai ahli strategi militer, ia memiliki visi besar dalam membangun kota tersebut. Bukannya menghancurkan Bizantium, ia justru menjadikannya pusat kebudayaan Islam dan toleransi. Ia melindungi gereja, mengundang ilmuwan dari Barat dan Timur, serta memperluas intelektualitas Istanbul. Pemikirannya yang progresif dan identitasnya sebagai Muslim berperan besar dalam membentuk model pemerintahan yang kelak menginspirasi sistem kekuasaan beberapa negara Eropa.
Thariq bin Ziyad, panglima perang Bani Umayyah, dikenal sebagai tokoh yang memulai penaklukan Andalusia pada tahun 711 M. Dengan pasukan kecil, ia menyeberangi Selat Gibraltar—yang kemudian dinamai “Jabal Thariq”. Meskipun dikenal karena keberhasilan militernya, kontribusi Thariq lebih dari sekadar penaklukan. Ia membuka jalan bagi kehadiran Islam di Semenanjung Iberia, yang kemudian mengubah wajah Eropa dari masa kegelapan menuju era ilmu dan kemajuan. Identitasnya sebagai Muslim tidak menjadi ancaman bagi penduduk lokal; justru keadilan yang ia bawa membuat banyak wilayah menerima kedatangannya.
Yusuf ibn Tashfin, pendiri Dinasti Murabitun, dikenal sebagai pemimpin saleh yang sederhana namun memiliki kejeniusan strategi. Ia menyebrangi Afrika Utara menuju Andalusia demi menyelamatkan Muslim dari konflik internal dan tekanan kerajaan Eropa. Di bawah kepemimpinannya, Andalusia kembali bersatu dan menjadi lebih kuat menghadapi ekspansi asing. Selain itu, Yusuf memperkuat kembali budaya dan peradaban Islam di Eropa Barat Daya. Identitas keislamannya menjadi kekuatan moral yang menginspirasi masyarakat sekaligus memperkokoh struktur kekuasaan.