Tanda Sunat sebagai Perjanjian Kudus antara Allah dan Abraham
Almansors – Pada usia yang sangat lanjut, Abram menerima penampakan dari Tuhan yang menyebut diri-Nya sebagai Allah Yang Maha Kuasa. Tuhan meminta Abram hidup taat dan mengikuti kehendak-Nya tanpa ragu. Dalam momen penting itu, Tuhan menjanjikan perjanjian besar dan berkat berupa keturunan yang sangat banyak.
Ketika Abram bersujud, Tuhan menyampaikan bahwa ia akan menjadi nenek moyang banyak bangsa. Untuk menegaskan panggilan besar itu, Tuhan mengganti namanya menjadi Abraham. Perubahan nama ini menjadi tanda bahwa keturunannya kelak berkembang luas dan melahirkan banyak pemimpin serta raja.
Tuhan kemudian menegaskan bahwa perjanjian ini bersifat abadi bagi Abraham dan keturunannya. Tanah Kanaan dijanjikan sebagai warisan bagi generasi mereka untuk selama-lamanya. Tuhan juga menyatakan diri-Nya sebagai Allah bagi Abraham dan seluruh keturunannya, menandai hubungan yang sangat dekat antara manusia dan Sang Pencipta.
Baca Juga : Kutukan Keraton Laut Selatan: Kisah Gaib, Pengorbanan, dan Mitos Nyi Roro Kidul
Selanjutnya, Tuhan menetapkan sunat sebagai tanda perjanjian. Setiap laki-laki harus disunat, termasuk bayi berusia delapan hari, hamba yang lahir di rumah, dan hamba yang dibeli dari bangsa lain. Sunat menjadi simbol lahiriah yang menunjukkan bahwa seseorang termasuk dalam umat perjanjian. Mereka yang menolak sunat dianggap melanggar perjanjian dan tidak lagi berada dalam komunitas umat Tuhan.
Setelah Tuhan berfirman, Abraham langsung mematuhi seluruh perintah tersebut. Pada hari itu juga, ia menyunat dirinya, putranya Ismael, serta semua laki-laki di rumahnya. Abraham sudah berusia lanjut ketika disunat, sementara Ismael masih remaja. Ketaatan ini menunjukkan komitmen penuh Abraham terhadap perjanjian suci yang telah ditetapkan.