Ilustrasi Nabi Isa AS
Almansors – Nabi Isa AS selalu menjadi sosok yang istimewa dalam sejarah kenabian. Kisah beliau bukan sekadar catatan spiritual, tetapi juga perjalanan penuh cinta, ujian, dan mukjizat yang tidak tertandingi hingga hari ini. Dalam tradisi Islam, beliau dihormati sebagai salah satu nabi terbesar yang membawa pesan tauhid dan kasih sayang kepada umat manusia. Namun yang paling memukau adalah bagaimana hidup Nabi Isa AS dipenuhi tanda-tanda kebesaran Allah sejak sebelum kelahirannya, ketika beliau berbicara di buaian, hingga diangkat ke langit sebagai bentuk perlindungan ilahi. Membaca kembali kisah Nabi Isa AS bukan hanya membawa kita pada momen historis, tetapi juga membangkitkan renungan mendalam tentang kekuatan iman dan cinta Tuhan yang tak terbatas.
“Baca juga: The Catacombs Paris Misteri Kota Mati di Bawah Paris yang Menyimpan Sejuta Cerita“
Kisah Nabi Isa AS dimulai dengan mukjizat besar: kelahiran tanpa ayah. Allah memilih Maryam, wanita suci dan mulia, sebagai ibu beliau. Peristiwa ini bukan hanya bukti kuasa Allah yang tidak terikat hukum dunia, tetapi juga jawaban atas keraguan manusia tentang kekuasaan-Nya. Membayangkan suasana kala itu Maryam yang dipenuhi rasa takut akan cibiran masyarakat, namun tetap teguh karena yakin pada janji Tuhan membuat kita mengerti bahwa keajaiban sering hadir di tengah keterpurukan. Di sini, saya merasa ada pesan halus tentang keberanian perempuan dalam sejarah spiritual, bahwa mereka pun menjadi bagian penting dari rencana ilahi.
Sejak bayi, Nabi Isa AS menunjukkan tanda kenabian yang menakjubkan. Ketika orang-orang menuduh Maryam, bayi yang baru lahir itu berbicara dan mengumumkan dirinya sebagai hamba Allah. Momen ini bukan hanya keajaiban luar biasa, melainkan pengumuman resmi dari langit bahwa beliau membawa misi suci. Dalam pandangan saya, mukjizat ini menegaskan bahwa kebenaran selalu menemukan suara, bahkan ketika manusia dianggap tidak mampu berbicara. Kadang kita lupa, suara kebenaran tidak selalu datang dari yang kuat; ia bisa muncul dari ketidakberdayaan dan tetap mengguncang dunia.
Dalam perjalanan dakwahnya, Nabi Isa AS menebar pesan cinta, kesederhanaan, dan keteguhan kepada Allah. Beliau menyeru umat untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengikuti syariat yang telah diturunkan sebelum beliau. Pendekatan Nabi Isa AS begitu lembut, penuh empati, dan dekat dengan kaum lemah sebuah contoh bahwa dakwah sejati bukan sekadar kata-kata, tetapi teladan dan ketulusan hati. Di era modern, metode dakwah beliau layak diteladani: agama tidak seharusnya menjadi intimidasi, melainkan cahaya yang menenangkan dan memuliakan manusia.
Allah menganugerahkan kepada Nabi Isa AS kemampuan menyembuhkan orang buta sejak lahir, menyembuhkan lepra, hingga menghidupkan orang mati atas izin-Nya. Tidak banyak figur sejarah dengan kisah mukjizat setinggi ini, dan setiap mukjizat mengandung pesan bahwa ilmu manusia ada batasnya. Sebagai penulis, saya selalu melihat bahwa mukjizat ini menggugah sisi kemanusiaan kita bahwa harapan selalu ada, dan Tuhan bisa mengubah sesuatu yang tampak mustahil menjadi kenyataan. Ini bukan sekadar cerita masa lalu, tapi pelajaran abadi bahwa keputusasaan tidak layak hidup di hati orang beriman.
Allah menurunkan Injil kepada Nabi Isa AS sebagai petunjuk dan cahaya bagi kaumnya. Kitab ini memuat ajaran moral, kasih, dan ketauhidan yang sejalan dengan risalah para nabi sebelumnya. Keindahan risalah ini mengingatkan kita bahwa agama selalu mengarah pada nilai universal: memanusiakan manusia. Dalam sudut pandang saya, semakin dalam seseorang mempelajari ajaran para nabi, semakin terlihat bahwa inti spiritualitas bukan ritual semata, tetapi akhlak dan kepedulian sosial.
Kisah Nabi Isa AS juga dipenuhi cobaan, termasuk rencana kaum kafir untuk membunuh beliau. Namun Allah tidak pernah meninggalkan hamba pilihan-Nya. Ketika musuh bersekongkol, Allah menunjukkan bahwa kuasa-Nya jauh lebih besar. Mereka mengira telah menyalib Nabi Isa AS, padahal Allah menyelamatkannya dan mengangkatnya ke langit. Dalam narasi ini, kita melihat pelajaran penting: ketika fitnah dan kebencian menimpa orang benar, pertolongan Tuhan datang dengan cara di luar dugaan. Ini memperkuat keyakinan bahwa keadilan Tuhan tidak pernah tidur.
“Baca juga: Menjelajahi Black Forest Jerman, Keindahan Alam, Mitos, dan Budaya yang Tak Lekang Waktu“
Allah mengangkat Nabi Isa AS ke langit dan menyelamatkannya dari makar musuh. Keyakinan ini memberi umat Islam rasa hormat mendalam kepada sosok beliau, sekaligus menanti kedatangannya kembali menjelang akhir zaman. Dalam konteks iman, peristiwa ini menjadi bukti perlindungan tertinggi yang hanya Allah miliki. Secara pribadi, saya merasa momen ini selalu menjadi simbol harapan bahwa kejujuran dan kebenaran pada akhirnya menang, tidak peduli seberapa keras dunia mencoba memadamkannya.
Keyakinan bahwa Nabi Isa AS akan kembali ke bumi untuk menegakkan keadilan adalah salah satu ajaran penting dalam Islam. Beliau akan membenarkan kebenaran, mematahkan fitnah para pendusta, dan membawa kedamaian. Setiap kali saya merenungkan nubuat ini, ada optimisme yang tumbuh: pada akhirnya, kekacauan dunia ini akan diselesaikan oleh sosok penuh kasih dan keteguhan iman. Itu seperti janji surgawi bahwa kebaikan tidak akan kalah selamanya.
Kisah dan ajaran Nabi Isa AS mengajarkan kita untuk merawat hati, menjaga lisan, serta menjunjung kasih sayang di atas egosentrisme dunia. Di tengah era digital yang penuh konflik, kecaman, dan polarisasi, meneladani sifat lembut dan penuh empati Nabi Isa AS menjadi relevan dan menenangkan. Keindahan akhlaknya adalah cahaya bagi siapa pun yang ingin mendekat kepada Tuhan dengan cinta, bukan ketakutan.