Ilustrasi Perang Yarmuk
Almansors – Perang Yarmuk berlangsung antara tanggal 15–20 Agustus 636 Masehi, mempertemukan pasukan Kekhalifahan Rashidun pimpinan Khalid ibn al‑Walid melawan tentara Bizantium di dataran Yarmuk, dekat perbatasan Suriah–Yordania. Tujuannya adalah menghentikan ekspansi Muslim ke wilayah Syam, yang saat itu berada di bawah kendali Romawi Timur (Bizantium).
Imam Khalifah Umar bin al‑Khattab dan Khalid ibn al‑Walid sebagai panglima memilih medan pertempuran ini karena letaknya strategis dan mudah dipertahankan, sekaligus menjadi titik kunci bagi mobilisasi pasukan Muslim.
Kaisar Heraclius mengerahkan kekuatan besar, menggabungkan tentara Bizantium dengan pasukan dari berbagai suku dan negara sekutu, seperti Armenia, Slavia, dan Arab Kristen. Sayangnya, integrasi berbagai kesatuan ini tidak berjalan mulus. Kurangnya koordinasi, konflik internal, dan ketidaksiapan logistik melemahkan kesiapan mereka. Bahkan sumber menyebutkan bahwa pimpinan Bizantium menerima kritik karena penundaan pertempuran dan konflik komando.
“Baca juga: Horornya Camp Vietnam di Pulau Galang, Batam“
Di pihak Muslim, Khalid ibn al‑Walid menerapkan taktik defensif-transisi ofensif: pertama menetap di posisi aman, lalu membiarkan pasukan Bizantium bergerak ke medan yang telah disiapkan. Strategi ini melumpuhkan moral lawan. Pada hari terakhir, Khalid melancarkan serangan berkuda flanking yang brilian, memotong pasukan Bizantium, dan mendorong mereka ke jurang dekat Yarmuk. Hasilnya, lawan terperangkap dan mengalami kekalahan telak.
Kekalahan Bizantium di Yarmuk memicu runtuhnya kekuasaan Romawi di Syam dan Palestina. Heraclius mundur dari wilayah tersebut, sementara Muslim melanjutkan penaklukan ke Yerusalem (637 M) dan Mesir (639–642). Batas otonomi Bizantium menjadi terperangkap di Anatolia dan Mesir, menandai pergeseran geopolitik besar dan mendorong ekspansi Islam ke wilayah Timur Tengah.
Perang ini dianggap sebagai salah satu pertempuran paling menentukan sepanjang sejarah militer. Dengan pasukan yang secara angka lebih kecil, Muslim berhasil menghancurkan kekuatan Bizantium di Levant. Selain itu, kemenangan ini membuka jalan bagi ekspansi lebih lanjut, membentuk lanskap budaya, sosial, dan agama wilayah tersebut selama berabad-abad.
Perang Yarmuk merupakan momen bersejarah yang merombak dominasi Romawi di wilayah Syam. Kemenangan pasukan Muslim di bawah Khalid ibn al‑Walid menjadi fondasi ekspansi berikutnya dan menegaskan efektivitas strategi militer yang matang. Untuk bangsa Islam, ini bukan sekadar kemenangan perang tetapi titik terealisasinya visi dakwah dan pemerintahan baru di wilayah yang dulunya diwarnai kegelapan konflik.