Ilustrasi
Almansors – Khilafah, sebagai sistem pemerintahan Islam pasca wafatnya Rasulullah SAW, memiliki peranan penting dalam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Tak hanya sebagai otoritas politik dan spiritual, Khilafah juga menjadi motor penggerak utama dalam pembangunan peradaban berbasis ilmu. Dari masa ke masa, kekhalifahan Islam menunjukkan komitmen luar biasa dalam memelihara dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan ke seluruh penjuru dunia.
Sejak masa Kekhalifahan Umayyah hingga Abbasiyah, dunia Islam menyaksikan berdirinya pusat-pusat keilmuan yang luar biasa. Baghdad, Kairo, dan Andalusia menjadi mercusuar ilmu yang bersinar terang di tengah dunia yang masih dalam kegelapan intelektual. Lembaga seperti Baitul Hikmah di Baghdad menjadi tempat berkumpulnya para ilmuwan dari berbagai bangsa dan agama untuk menerjemahkan, meneliti, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia, dan India.
“Baca juga: Trump Prihatin atas Pembunuhan Warga Gaza Saat Mencari Bantuan“
Para khalifah tak hanya memberikan ruang, tetapi juga dukungan aktif bagi para ilmuwan. Mereka menyediakan dana, fasilitas, hingga patronase kerajaan bagi tokoh-tokoh seperti Al-Khwarizmi, Ibnu Sina, Al-Farabi, dan Ibnu Haytham. Dukungan politik inilah yang memungkinkan lahirnya karya-karya agung di bidang matematika, kedokteran, astronomi, filsafat, hingga teknik, yang sebagian besar masih menjadi rujukan hingga kini.
Khilafah juga memainkan peran sentral dalam membudayakan kegiatan menulis dan menerjemahkan ilmu dari peradaban lain. Gerakan penerjemahan besar-besaran yang dimulai pada era Abbasiyah berhasil mengalihkan kekayaan intelektual dari dunia Barat ke dalam bahasa Arab. Hal ini tidak hanya memperkaya literatur Islam, tetapi juga menjembatani pertukaran ilmu antarperadaban.
Lahirnya madrasah, masjid, dan perpustakaan publik menjadi simbol keseriusan Khilafah dalam membentuk masyarakat berilmu. Institusi-institusi ini tidak hanya menyebarkan ajaran agama, tetapi juga menjadi tempat pembelajaran berbagai ilmu duniawi. Hal ini membuktikan bahwa dalam sistem Khilafah, agama dan ilmu pengetahuan tidak dipertentangkan, melainkan berjalan beriringan.
Jejak intelektual dari masa Khilafah tak hanya membekas di dunia Islam, tetapi juga berkontribusi besar pada lahirnya Renaisans di Eropa. Banyak karya ilmuwan Muslim yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi fondasi perkembangan sains modern. Maka dari itu, peran Khilafah dalam penyebaran ilmu bukan hanya relevan bagi sejarah Islam, melainkan juga bagi sejarah dunia.
Peran Khilafah dalam penyebaran ilmu pengetahuan Islam merupakan pilar utama dalam kemajuan peradaban manusia. Dukungan terhadap ilmuwan, pendirian pusat studi, hingga tradisi penerjemahan adalah bukti nyata bagaimana Islam menghargai ilmu. Di tengah dunia yang tengah mencari kembali makna kemajuan sejati, warisan intelektual Khilafah layak untuk dijadikan inspirasi dan rujukan.